INEWS BALINUSA, BALI — Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali, I Nengah Muliarta mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan media massa, baik cetak, elektronik dan siber sebagai wadah untuk menyalurkan dan menyuarakan aspirasi. Media massa menjadi salah satu saluran yang dapat dioptimalkan oleh mahasiswa dalam menyampaikan sikap kritis yang tentunya akan bermanfaat bagi publik.
“Tentu mahasiswa dapat menyampaikan pendapatnya atau pernyataannya melalui rilis, atau bahkan menulis opini atau artikel. Tulisan atau sikap organisasi mahasiswa yang kritis tentu menjadi tambahan pengetahuan bagi pembaca, bahkan menjadi rujukan bagi pemegang kebijakan,” kata Muliarta yang juga merupakan Ketua Dosen Penggerak Prestasi Mahasiswa (DPPM) Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa saat memberikan materi dalam Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM-TM), Universitas Warmadewa di Denpasar, pada Selasa (14/6).
Pria yang merupakan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali Periode 2014-2017 ini mengungkapkan dengan pemikiran kritis, mahasiswa dapat memberikan koreksi terhadap fenomena sosial ataupun kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Hal ini tentu sejalan dengan fungsi media massa sebagai alat kontrol sosial.
“Pers juga memiliki fungsi pendidikan. Melalui media mahasiswa dapat menyampaikan informasi yang mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat. Hasil penelitian di perguruan tinggi, itu penting disampaikan ke masyarakat, jangan sampai berhenti di ruang arsip atau perpustakaan,” ungkap mantan reporter Radio Amerika VOA tersebut.
Menurut Muliarta, sudah saatnya gerakan mahasiswa mulai mengoptimalkan penyampaian pemikiran kritis melalui media massa dan tidak hanya melalui aksi demo. Menulis pemikiran kritis yang dapat dengan mudah dipahami masyarakat adalah sebuah tantangan. Menulis kritis tidak sebatas menyampaikan isu, tetapi mesti disertai kajian teoritis, koreksi dan rekomendasi. Mahasiswa mesti mampu menyampaikan ide-ide pembaharuan dalam sebuah tulisan dan bukan sekadar teriakan dijalanan.
Penyampaian aspirasi oleh mahasiswa melalui turun ke jalan dalam bentuk aksi demo merupakan hal yang wajar dan bentuk penyaluran pendapat dalam iklim demokrasi. Penyaluran pendapat atau aspirasi oleh kaum intelektual akan lebih elegan, apabila juga dilakukan dengan optimal melalui media massa.
Muliarta mengakui bahwa tidak jarang aksi demo untuk menyampaikan aspirasi yang dilakukan mahasiswa berbuntut kerusuhan. Kejadian seperti ini akan berdampak negatif bagi citra mahasiswa sebagai seorang intelektual. Berbeda jika penyampaian aspirasi dilakukan dalam bentuk tulisan, selain mahasiswa mampu menyalurkan kemampuan menulis juga membuktikan kemampuan analisis seorang intelektual. (red)